Friday, May 31, 2024

Kemampuan Rafale Pesanan Indonesia dan Jet Tempur Siluman F-35 Punya Kemiripan yang Berkaitan Dengan Nuklir

 

Formasi tempur F-35

Tentu ada banyak alasan mengapa jet tempur F-35 begitu digemari, salah satunya adalah kemampuan siluman. Dengan kemampuan siluman ini, F-35 punya kesempatan untuk menembus pertahanan musuh.

Radar musuh akan sulit mendeteksi kedatangan platform siluman ini, dan F-35 dapat menyerang aset berharga tinggi musuh.

Tapi selain kemampuan siluman, daya serang F-35 juga menakutkan karena mampu melepaskan serangan nuklir.

F-35 adalah satu dari sedikit jet tempur yang dapat melakukan hal itu. Menurut kabar terbaru, F-35 Belanda yang diberi tugas oleh NATO untuk mengambil peran serangan nuklir. Belanda telah menjadi negara pertama yang menyatakan bawah F-35 miliknya bertanggung jawab penuh atas peran serangan nuklir”, jelas The War Zone pada 31 Mei 2024. Sementara bom nuklir yang akan dipakai adalah bom termonuklir B61-12. Pengambilan peran ini melihat ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang tiada henti.

Klaim pihak Barat mengatakan bahwa Rusia berulang kali melakukan serangan nuklir, hal inilah yang menjadi fokus NATO. Peran anti-nuklir ini secara resmi akan dijalankan F-35 Belanda mulai 1 Juni menggantikan F-16 mereka. Benar, F-35 adalah pemain baru bagi Belanda dalam misi perang nuklir ini.

Lebih spesifik, Amerika sebagai pembuat F-35 baru memberi izin kepada jet tempur Belanda untuk menjalankan peran nuklir.

Sementara sebelum F-35, F-16 Belanda lah yang menjalankan misi besar itu. Belanda adalah salah satu sekutu NATO yang menjalankan misi pencegahan nuklir, dan negara Eropa yang memakai F-35 untuk jalankan operasi itu”, ucap Angkatan Udara Belanda dalam keterangannya.  Setelah Belanda, F-35 Inggris, Belgia, Jerman, dan Italia juga dipercaya akan mengemban misi yang sama. F-35 Inggris, Belgia, Jerman, dan Italia pada akhirnya akan menerima bom B61-12 meski jadwal pengirimannya sangat dirahasiakan”, pungkas The War Zone.

Namun di luar penjelasan itu semua, jet tempur lain yaitu Rafale nyatanya juga sedang diupayakan untuk dapat melakukan serangan nuklir. Rafale sejatinya mampu menggotong berbagai jet tempur rudal maupun bom, dan nuklir adalah salah satunya.

Karena baru-baru ini, Rafale telah lakukan uji coba lepaskan rudal nuklir udara-ke-permukaan jarak menengah ASMP-R.

Pada tanggal 22 Mei, Direktorat Jenderal Persenjataan Perancis umumkan keberhasilan peluncuran evaluasi pertama dari rudal udara-ke-permukaan jarak menengah ASMP-R”, jelas Army Recognition pada tanggal yang sama.  ASMP adalah rudal jelajah berhulu ledak nuklir yang dikembangkan oleh perusahaan raksasa MBDA Prancis. Sementara ASMP-R sendiri adalah varian tercanggih dari rudal kiamat itu.

 

Rudal ASMP pertama kali beroperasi pada bulan Mei 1986, di mana jet tempur pendahulu Rafale yaitu Mirage yang membawanya.

Versi yang ditingkatkan pun lahir yaitu ASMP-A dengan jangkauan sekitar 500 km dengan kecepatan maksimum 3 mach.

 

Varian ini pertama kali beroperasi pada bulan Oktober 2009 di mana digunakan oleh jet tempur Mirage dan juga Rafale.

Merasa belum cukup, MBDA menciptakan ASMP-R di tahun 2016 dengan kemampuan yang ditingkatkan.

belum jelas berapa jauh rudal ini dapat melesat maupun kecepatannya, namun yang jelas ASMP-R membawa hulu ledak termonuklir 300 kt.  Pertanyaannya, apakah Indonesia yang akan menerima Rafale di tahun 2026 juga akan senjata nuklir?

Jawabannya tidak karena Indonesia bukanlah negara dari Treaty On The Non Proliferation Of Nuclear Weapon 1968 (NPT), karena hanya 5 negara yang diperbolehkan mengembangkan senjata nuklir.  Berdasarkan NPT 1968, hanya Amerika, Rusia, China, Prancis, dan Inggris yang boleh memiliki senjata nuklir.  Di sisi lain, Indonesia juga menunjukkan sikapnya menentang penyebaran senjata nuklir.

Dengan meningkatnya tantangan keamanan nuklir global, mulai dari ketegangan geopolitik dan kemajuan teknologi yang meningkatkan keamanan nuklir. Indonesia tegaskan komitmen pelucutan senjata nuklir”, ungkap Kemlu di laman resminya pada 23 Mei 2024.

Dalam upaya menjamin keamanan nuklir, Indonesia sejatinya sudah melakukan berbagai upaya seperti memperkuat peraturan domestik.

sumber : Zona Jakarta

 

Sunday, May 26, 2024

Frigate FS Bretagne (D655) Bersandar di Jakarta, Pengamat: Prancis Perkenalkan Teknologi Kapal Perang Terbarunya

 



Dalam rangka kunjungan persahabatan (port visit), kapal perang milik Angkatan Laut Prancis, Frigate FS Bretagne (D655) atau Frigate European Multi-Mission (FREMM) bersandar di dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta sejak Senin (20/5) sampai 24 Mei nanti.

Kadispen Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III Jakarta Letkol Laut (KH) M. Qomae Syarifudin, pada Selasa (21/5) mengungkapkan FREMM Bretagne dijadwalkan singgah di Jakarta selama lima hari, yakni 20-24 Mei.

“Untuk kapal perang Prancis FREMM Bretagne (D655) hanya port visit, tidak ada agenda lain,” ungkap Syarifudin ketika dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (21/5).

Pengamat militer Tasha Imansyah mengatakan kunjungan FS Bretagne kali ini dalam rangka mempererat hubungan kerja sama militer antara TNI AL dan AL Prancis.

“Tentu saja selain hal tersebut, pihak Prancis mengenalkan salah satu teknologi kapal perang terbaru mereka kepada Indonesia,” ucapnya saat dihubungi INDONESIADEFENSE pada Kamis (23/5)

Kapal seperti aquitaine-class ini, lanjutnya, merupakan kapal yang sangat dibutuhkan untuk memperkuat postur pertahanan Iaut Indonesia. Saat ini TNI AL belum diperkuat dengan kapal perang yang memiliki kemampuan anti serangan udara mumpuni.

“Memang dengan ditandatanganinya kontrak pengadaan kapal PPA dengan Fincantieri kemarin membawa sedikit angin segar, namun jumlahnya yang hanya 2 unit masih sangat kurang untuk melindungi wilayah Indonesia yang luas ini,” jelas Tasha.

Adapun FREMM FS Bretagne (D655) diresmikan sebagai armada Angkatan Laut Prancis pada 16 September 2016. Kapal perang yang mampu membawa 153 awak ini memiliki senjata super rapid gun 76mm, Narwhal remote weapon systems 20mm, rudal pertahanan udara Aster 15-30, rudal jelajah MdCN, dan rudal anti-kapal Exocet.

Kapal pabrikan Naval Group ini mempunyai kemampuan pertahanan udara dan dilengkapi dengan sistem senjata anti kapal selam torpedo MU90 serta dirancang untuk mengangkut helikopter.

Kapal perang FS Bretagne (D655) memiliki panjang 122 meter, lebar 18 meter, draf 6,3 meter dengan kecepatan 27 knots dan memiliki ketahanan sampai 45 hari di lautan ini mampu melaksanakan berbagai macam misi antara lain pengintaian, pengawasan, peperangan anti-kapal selam, peperangan permukaan ke permukaan hingga peperangan udara ke udara. (nhn)

sumber :indonesiadefense.com

KAI KF-21 Boramae

 


KAI KF-21 Boramae (sebelumnya dikenal dengan KF-X) adalah program pengembangan pesawat tempur Korea Selatan, bermitra dengan Indonesia, untuk menghasilkan pesawat tempur multiperan tingkat lanjut untuk Angkatan Udara Republik Korea dan Angkatan Udara Republik Indonesia. Badan pesawat ini memiliki fitur siluman bila dibandingkan dengan pesawat generasi ke-4 lainnya, tetapi tidak membawa persenjataan secara internal layaknya pesawat generasi ke-5, meskipun internal bays dapat diperkenalkan nantinya selama pengembangan.

Program ini dipimpin oleh pemerintah Korea Selatan yang berkontribusi sebesar 60% pembiayaan dana program. Dimana Indonesia berkontribusi sebesar 20% pada tahun 2010, dan sisa 20% lainnya ditanggung oleh mitra swasta termasuk produsen Korea Aerospace Industries (KAI). KAI KF-X sendiri merupakan program pengembangan pesawat tempur kedua Korea Selatan setelah FA/T-50.

Pada bulan April 2021, purwarupa pertama telah selesai dan ditampilkan dalam upacara rollout di fasilitas pusat KAI di Bandar Udara Sacheon. Dengan nama resmi Boramae (bahasa Korea: 보라매, berarti "elang muda" atau "elang tempur"). Uji coba terbang perdana dilaksanakan pada tanggal 19 Juli 2022, dimana produksi dijadwalkan dimulai pada tahun 2026. Setidaknya 40 unit pesawat direncanakan untuk siap dikirim pada tahun 2028, Korea Selatan sendiri berharap sebanyak 120 total pesawat telah hadir pada tahun 2032. Tersedia juga untuk pasar ekspor.

Di Indonesia, program pengembangan KF-X sering disebut sebagai program IF-X. Menurut Jakarta Globe ketika pesawat tersebut telah selesai akan disebut sebagai F-33 Fighting Hawk.

SUMBER WIKIPEDIA