Sunday, March 6, 2022

Perang Rusia-Ukraina Memuncak, Harga CPO Meroket

 


Harga Crude Palm Oil (CPO) meroket pada Kamis (3/3/2022). Meroketnya harga CPO seiring dengan kenaikan permintaan dan menanjaknya harga minyak nabati di dunia. Hal ini terjadi akibat memuncaknya perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung selama dua pekan ini. Sehingga menyebabkan hilangnya pasokan mintak bunga matahari dari Laut Hitam.

                                                  Konvoi S400 Rusia yang ditakuti Nato 

Berdasarkan Bursa Malaysia Derivatives pada penutupan Kamis (3/3/2022), Kontrak berjangka CPO untuk pengiriman Maret 2022 terpantau turun 371 Ringgit Malaysia menjadi 7.450 Ringgit Malaysia per ton. Untuk kontrak pengiriman April 2022 terkerek 57 Ringgit Malaysia menjadi 7.256 Ringgit Malaysia per ton.

Sedangkan kontrak pengiriman Mei 2022 melesat 148 Ringgit Malaysia menjadi 6.808 Ringgit Malaysia per ton. Serta, kontrak pengiriman Juni 2022 naik 232 Ringgit Malaysia menjadi 6.477 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak pengiriman Juli 2022 naik 257 Ringgit Malaysia menjadi 6.189 Ringgit Malaysia per ton.

Sebelumnya, Research & Development ICDX Girta Yoga mengatakan, perkembangan situasi di Eropa Timur juga akan menyita perhatian para pelaku pasar. Sebab, hal ini akan beimbas kepada pergerakan harga minyak nabati dunia. Hal ini mengingat Ukraina dan Rusia ini merupakan produsen minyak biji bunga matahari terbesar pertama dan kedua dunia.

"Sehingga dengan memuncaknya krisis, secara otomatis harga minyak nabati juga ikut terdongkrak. Karena dipicu oleh kekhawatiran akan terjadinya gangguan pasokan ke pasar global,” jelas Girta kepada Investor Daily, belum lama ini.

Jika situasi Eropa timur masih terus memanas, Girta memperkirakan harga CPO memiliki potensi untuk terus melaju bullish, terkerek oleh kenaikan harga minyak nabati. Untuk potensi harga bahkan dapat melaju hingga menemui level resistance di kisaran harga 6.500-7.000 Ringgit Malaysia per ton.

“Apabila menemui katalis negatif, harga berpotensi mengalami koreksi turun ke level support di kisaran harga 5.500-6.000 Ringgit Malasysia per ton,” tutupnya.

Editor : Indah Handayani (indah.handayani26@gmail.com)

Sumber : Investor Daily

No comments:

Post a Comment